Suku Betawi merupakan salah satu suku adat yang masyarakatnya masih menjalankan dan melestarikan kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang. Salah satu yang masih dijaga dengan sangat baik adalah upacara adat suku Betawi yang masih diselenggarakan bahkan menjadi hal wajib yang harus dilakukan oleh masyarakat adat suku Betawi hingga kini.

Walaupun tidak bisa dipungkiri arus globalisasi telah membuat banyak perubahan di kehidupan masyarakat luas suku Betawi yang sudah ditinggal di Jakarta sejak 17 abad yang lalu atau dulu masih di sebut dengan Batavia. 

Syukurnya banyak masyarakat suku Betawi yang masih melestarikan upacara adat dan terus diturunkan kepada keturunannya hingga saat ini. untuk membahas lebih jauh lagi tentang upacara adat suku Betawi, berikut dibawah ini adalah penjelasan lengkapnya.

Silahkan disimak dengan baik!

Upacara adat masa kehamilan ( Nujuh Bulan)

Masyarakat suku Betawi memiliki kebiasaan untuk memperingati kehamilannya sebagai rasa syukur dan meminta berkat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kebiasaan tersebut dinamai dengan upacara nujuh bulan atau dikenal di masyarakat luas kini yaitu tujuh bulanan.

7 Upacara Adat Suku Betawi
Nujuh bulan ini pun memiliki makna sebagai pengharapan agar anak yang dikandung terlahir selamat dan sehat ke dunia ini. upacara adat Betawi satu ini merupakan akulturasi dari budaya arab, yang penyelenggaraannya ditentukan oleh perhitungan bulan Arab yang berpatokan pada angka tujuh.

Upacara nujuh bulan ini tentunya diselenggarakan ketika usia kehamilan memasuki tujuh bulan. Tanggal penyelenggaran yang dipilih yaitu 7,17, atu 27, uniknya upacara ini hanya dilaksanakan ketika kehamilan anak pertama saja.

Upacara adat Kelahiran (Kerik Tangan)

Upacara Kerik Tangan merupakan upacara adat suku Betawi yang dimaksudkan sebagai penyerahan bayi dan ibunya dari dukun kepada pihak keluarga untuk melanjutkan perawatan atau pengasuhan. Kerik tangan ini dilakukan ketika pusar bayi lepas atau puput pusar.

7 Upacara Adat Suku Betawi
Rangkaian acaranya yaitu dimulai dengan pembacaan shalawat, lalu dilanjutkan dengan tangan dukun bayi dicuci bersamaan dengan ibu dan bayinya. Selanjutnya dukun bayi menggosok tangan ibu nya dengan uang logam di dalam air, hingga pembacaan shalawat selesai.

Setelahnya ibu bayi dan dukun bayi menyeae tangannya dengan handuk dan saling menempelkan bedak satu sama lain. Acara ini diakhiri dengan memakan sajian yang sudah disiapkan oleh keluarga ibu bayi tersebut. 

Ketika dukun bayi pergi meninggalkan rumah, ia akan diantar oleh keluarga dan diberi sebuah bungkusan yang berisi makanan nujuh bulan dan uang logam yang yang berada dalam tempat air untuk mengerik tangan ibu bayi tadi.

Upacara Sunatan

Sebagai seorang muslim diwajibkan anak lelaki yang sudah akil baligh untuk disunat. Di budaya Betawi pada anak laki-laki diwajibkan sunat ketika beranjak dewasa, yang dalam penyelenggaraannya memiliki banyak tahapan.

7 Upacara Adat Suku Betawi
Upacara adat Betawi ini tentunya merupakan serapan dari budaya Arab yang masih terus lestari hingga kini. Upacara Sunatan ini diawali dengan mengarak pengantin sunat mengelilingi lingkungan tempat tinggalnya yang diawali dengan diarak ke jalan besar.

Arak-arakan ini dilakukan dengan posisi pengantin sunat berada di atas tandu yang menyerupai seekor kuda, yang dibelakangnya diiringi oleh barisan orang-orang yang memainkan rebana atau pencak silat. Biasanya arak-arakan ini dilakukan pada sore hari.

Selanjutnya pada esok hari, para calon pengantin sunat tersebut di rendam kedalam air bebeapa saat guna menyucikan diir mereka. Baru setelahnya dukun sunat datang ke rumah dan melakukan upacara inti yaitu upacara sunat. 

Upacara sunatan ini diakhiri dengan acara selamatan yang biasanya dilakukan dengan acara makan bersama, dan keluarga pengantin sunat biasanya memberikan hiburan kesenian kepada masyarakat sekitarnya.

Upacara Adat Kematian

Masyarakat adat Betawi melakukan upacara adat kematian kepada kerabatnya mengikuti ketentuan ajaran agama islam. Upacara adat kematian tersebut meliputi memandikan jenazah, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah yang seluruh rangkaiannya dilakukan oleh kaum lelaki.

7 Upacara Adat Suku Betawi
Para perempuan adat suku Betawi ketika kerabatnya meninggal dunia, mereka diam di rumah menyiapkan sajian untuk acara tahlilan yang diadakan pada hari pertama kematian orang tersebut hingga malam ketujuh hari, dan dilanjutkan pada hari keempat puluh. Mereka juga menyediakan sedekah yang diberikan ketika acara tahlilan tersebut.

Upacara Baritan atau Bebarit

Masyarakat adat Betawi pun memiliki upacara adat untuk menyambut hasil panen mereka yang disebut Baritan atau bebarit. Upacara ini memiliki filosofi sebagai ungkapan rasa terimakasih dan rasa syukur masyarakat suku Betawi atas panen yang melimpah kepada Tuhan yang mereka sembah.

7 Upacara Adat Suku Betawi

Upacara Mangkeng

Upacara Mangkeng merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Betawi untuk menolak hujan. Upacara yang bertujuan untuk mengubah alam atau mempengaruhi alam ini biasanya dilakukan ketika akan ada hajat besar di sekitar lingkungan masyarakat suku Betawi.

7 Upacara Adat Suku Betawi
Upacara Mangkeng biasanya diadakan sebelum berlangsungnya acara perkawinan atau acara sunatan, yang jika pelaksanaannya terdapat hujan akan mempengaruhi keberlangsungan acara.

Upacara Sedekah laut

Masyarakat suku Betawi pun ada yang menjadi pelaut, sehingga mereka memiliki upacara adat sedekah laut. Upacara sedekat laut ini dimaksudka sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang mereka sembah, dan persembehan kepada para penuasa laut.

7 Upacara Adat Suku Betawi

Upacara adat satu ini memiliki maksud lain yaitu agar ketika para nelayan suku Betawi turun ke laut untuk mencari ikat, para nelayan tersebut dijauhkan dari banyak gangguan, dan terus diberikan keselamatan hingga mereka sampai ke darat.

Penutup

Demikianlah informasi mengenai upacara adat suku Betawi yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat suku Betawi.