Pemkab Bantul Berpotensi Kehilangan 5 Miliar Dari Pariwisata Lantaran Covid-19

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, berpotensi kehilangan pendapatan senilai Rp. 5 miliar dari sektor parawisata. Pasalnya pandemic Covid-19 telah menyebabkan ditutupnya seluruh objek wisata untuk kunjungan wisatawan. Pemkab Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperpanjang penutupan seluruh objek wisata beretribusi daerah itu dari yang sebelumnya berakhir pada akhir bulan April sebagai antisipasi penyebaran infeksi corona. 

Kwintarto Heru Prabowo selaku Kepala Dinas Pariwisata Bantul berkata, “Dari arahan Pak Sekda (Sekretaris Daerah) kalau melihat di daerah Jakarta masih PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dan di beberapa daerah belum kondusif, hampir dipastikan bulan Mei untuk objek wisata masih kita tutup.” Dirinya mengatakan, kebijakan penutupan seluruh objek wisata di Bantul untuk memutus rantai penyebaran virus corona jenis baru yang telah diberlakukan selama sepekan pada Maret akhir, lalu diperpanjang lagi hingga akhir April, tetapi karena Mei belum kondusif bahkan ada larangan mudik, maka seluruh objek wisata belum bisa dibuka kembali. 

Berikut dibawah ini beberapa fakta menarik tentang ditutupnya seluruh objek wisata di Bantul seperti yang dikutip dari berita jogja hari ini :

  1. Seluruh Obyek Wisata Di Bantul Ditutup Untuk Kunjungan Wisatawan

Kwintarto selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul mengatakan bahwa sejumlah objek wisata ke Bantul masih menjadi primadona bagi para wisatawan yang datang ke Yogyarakarta. Mulai dari Pantai Parangtritis, Hutan Pinus Mangunan, serta beberapa objek wisata lainnya. 

Tetapi semenjak pandemic Covid-19 melanda, seluruh objek wisata ini telah ditutup untuk kunjungan wisatawan. Asumsinya Pemkab Sleman akan kehilangan potensi pendapatan dari retribusi wisata yang nilainya hingga Rp. 5 miliar. 

Pada Senin (4/5/2020), Kwintarto berujar “Libur lebaran menjadi puncak pariwisata, kita asumsikan dua bulan ini kehilangan Rp. 5 miliar.”

  1. Penutupan Objek Wisata Membuat Tidak Akan Tercapainya Target Kunjungan Wisatawan

Ditutupnya objek wisata ini tidak hanya membuat Pemkab Bantul berpotensi kehilangan dari sisi retribusi saja, tetapi juga menjadikan tidak akan tercapainya target kunjungan wisatawan. Rata rata dalam satu tahun jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bantul bisa mencapai 9 juta orang. Dengan asumsi jika setiap orang berbelanja Rp. 100 ribu, maka Kabupaten Bantul akan berpotensi kehilangan pendapatan dari sisi sektor pariwisata sebanyak Rp. 900 miliar. 

Kwintarto berujar, “Sektor wisata memang berdampak besar dalam perekonomian masyarakat.”

  1. Sektor Parawisata Banyak Mendorong Lahirnya Usaha Baru 

Kwintarto berkata, sektor parawisata banyak mendorong lahirnya usaha baru yang bisa digeluti masyarakat. Mulai dari usaha jasa penginapan, homestay, hingga oleh oleh dan kerajinan. Tapi kini, usaha mereka stagnan serta tidak memiliki banyak pendapatan. 

  1. Kementrian Pariwisata Kucurkan Bantuan Untuk Ringankan Beban Pelaku Wisata 

Kementrian Pariwisata telah mengucurkan bantuan dana untuk meringankan beban para pelaku wisata. Hingga saat ini telah tercatat sudah ada 3.422 pelaku wisata yang telah terdata sebagai calon penerima bantuan. 

  1. Usaha Kuliner Laut Juga Tidak Bisa Berkembang

Sementara itu, Dardi Nugroho selaku pengusaha kuliner di Pantai Depok mengatakan bahwa para pelaku usaha cukup merasakan dampak dari pandemic Covid-19. Menurutnya usaha kuliner laut juga tidak bisa berkembang. Mereka memilih menutup usahanya sementara waktu karena tidak banyak wisatawan yang datang. 

Dardi Nugroho berkata, “Banyak yang beralih menjadi nelayan, tetapi harga ikan juga murah.”

Itulah beberapa fakta menarik tentang ditutupnya seluruh objek wisata di Bantul. Dengan adanya kebijakan penutupan objek wisata tersebut, maka konsekuensinya Pemkab akan kehilangan pendapatan retribusi masuk objek wisata yang diperkirakan mencapai sebesar Rp. 5 miliar.